Rahmat Priatna, Pemulia Domba Garut

Posted by Komara Thursday, January 14, 2010


Domba garut adalah jenis domba warisan leluhur urang Sunda. Jenis domba kontes di Jawa Barat ini adalah hasil persilangan antara domba lokal, Afrika, dan Marino, pada tahun 1850-1860. Di dunia domba garut diakui sebagai salah satu jenis domba dengan postur paling besar. Domba ini mewarisi postur besar dari Marino, agresivitas dari Afrika, dan kelezatan daging dari domba lokal Jawa Barat.

Dalam perkembangannya, sering terjadi perkawinan silang antara domba garut dengan domba jenis lainnya. Akibatnya, kualitas domba yang dihasilkan terus menurun, salah satu indikasinya adalah postur yang semakin kecil.

Atas kondisi itu, timbul keprihatinan dari sejumlah kalangan. Perlu diupayakan pemurnian kembali gen domba garut. Salah seorang dari sedikit kalangan yang tergerak untuk mengembalikan kemurnian gen domba garut adalah Rahmat Priatna.

”Bobot hidup domba garut yang asli bisa mencapai 60 kilogram per ekor pada usia satu tahun. Namun, bobot hidup domba lokal atau hasil perkawinan silang domba garut yang tidak murni lagi paling-paling hanya 30 kilogram,” kata Rahmat.

Awal perkenalan Rahmat dengan domba garut dimulai tahun 2000 ketika ada warga yang hendak memelihara domba garut, tetapi tidak memiliki modal sama sekali. Bermodalkan lahan kosong yang dimilikinya di Ciampea, Cimande, Bogor, Rahmat lalu membelikan domba garut asli untuk warga tersebut.

”Awalnya saya beli 3 pejantan dan 11 betina. Ketiga domba jantan adalah legenda kontes di Jawa Barat yang memang berasal dari keturunan yang bagus,” kata Rahmat. Domba-domba jantan yang bernama Lipur, Dewa, dan Bagja itu dibeli dari seorang pemilik di Garut, dengan harga Rp 4 juta per ekor. Adapun setiap domba garut betina dibeli dengan harga Rp 1 juta-Rp 1,5 juta.

Ternyata warga yang meminta modal beternak itu tak sanggup melakukan budidaya dan mengembalikannya kepada Rahmat. ”Daripada saya jual lagi, saya putuskan memelihara sendiri domba-domba itu,” katanya.

Dengan memelihara sendiri domba menjelang masa pensiunnya dari sebuah badan usaha milik negara, Rahmat mengetahui seluk-beluk domba garut. Dia mempelajari sendiri teknik budidaya dari para pemilik domba garut kontes. ”Saya kemudian tahu, ternyata domba garut yang asli memang memberikan keuntungan ekonomi yang sangat besar bagi peternaknya. Domba garut yang tidak asli justru merugikan karena hasilnya tidak akan sesuai dengan jerih payah yang sudah dilakukan para peternak selama memelihara,” kata Rahmat.

Melihat kenyataan itu, Rahmat lalu memulai proses pemurnian gen domba garut ketika memasuki masa pensiun pada tahun 2002. Waktu Rahmat kemudian tercurah seluruhnya untuk mempelajari dan mempraktikkan pemurnian atau pemuliaan gen domba garut yang asli.

”Proses pemurnian dimulai dengan mengawinkan domba garut yang layak diduga memiliki gen bagus. Domba garut yang layak diduga memiliki gen bagus biasanya memiliki silsilah yang jelas,” katanya.

Domba garut yang ikut kontes biasanya memiliki catatan silsilah dengan bukti siapa indukannya. Proses perkawinan untuk pemurnian itu dilakukan hingga generasi keempat. Artinya, pada generasi kedua hingga keempat domba garut harus dikawinkan dengan pasangan yang kualitasnya bagus.

”Setelah generasi keempat gen domba garut sudah bagus secara permanen jika kemudian dikawinkan dengan domba garut lain yang asli,” kata Rahmat. Sama seperti manusia, domba juga dilarang kawin dengan domba lain yang memiliki hubungan darah karena akan menghasilkan gen yang jelek.

Dalam proses pemurnian itu, Rahmat mencatat dengan teliti silsilah keturunan dari Lipur, Dewa, dan Bagja, agar tidak terjadi perkawinan sedarah. ”Ketiga keturunan dari pejantan itu saling saya kawinkan. Berdasarkan catatan yang saya miliki, tidak terjadi perkawinan sedarah sehingga kualitas domba yang dihasilkan setelah generasi keempat memang bagus,” katanya.

Rahmat mengatakan, setelah mendapatkan domba garut dengan gen yang asli, budidaya menjadi sangat menguntungkan. Dari 14 domba garut yang dimurnikan itu, Rahmat membudidayakannya dengan sistem maro atau bagi hasil dengan peternak tradisional di Cimande, Kecamatan Cisaat, dan Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi.

Awalnya dia mengajak peternak tradisional yang masih memelihara domba lokal atau domba garut yang tidak asli lagi. ”Ternyata tidak sulit mengajak mereka memelihara domba garut asli. Setelah melihat bukti bahwa memelihara domba garut asli lebih menguntungkan, mereka percaya,” kata Rahmat.

Rahmat memilih peternak tradisional yang umumnya tinggal di daerah pertanian. Beberapa peternak yang bermitra dengan Rahmat bahkan tinggal di kaki Gunung Gede Pangrango yang jauh dari pusat keramaian. ”Memelihara domba garut itu hanya perlu tiga hal: kemauan, rumput, dan air. Domba garut termasuk sangat tahan penyakit sehingga tidak perlu terlalu takut akan terserang penyakit yang mematikan,” katanya.

Kalaupun terserang penyakit, tidak sulit mengobatinya. ”Obat-obatan tradisional sangat ampuh menyembuhkan penyakit yang menyerang domba garut. Buah pinang, misalnya, manjur untuk mengobati cacingan atau daun serai untuk kutu kulit. Obat-obatan tradisional lain bisa diramu dari lengkuas atau daun cabai rawit,” kata Rahmat.

Tahun 2007 populasi domba garut asli milik Rahmat yang diternakkan dengan sistem maro sudah mencapai 300 ekor. Jumlah itu berkurang 100 ekor pada tahun berikutnya karena dijual Rahmat menjelang Idul Adha.

Budidaya domba garut asli, kata Rahmat, sangat menguntungkan dibandingkan dengan domba jenis lainnya. ”Setiap delapan bulan domba garut betina bisa beranak dua. Ini amat menguntungkan para peternak yang hanya perlu mencari pakan sepulang dari bertani di sawah atau ladang. Domba bisa menjadi tabungan yang menguntungkan bagi mereka,” kata Rahmat.

***

RAHMAT PRIATNA

• Lahir: Bandung, 4 Januari 1954

• Alamat: Ciampea, Cimande, Bogor

• Istri: Siti Rahwatini

• Anak: Angga Gandara (29), Dewi Sekarmayang (24)

• Pendidikan:
- SD Negeri Mohammad Thoha Bandung
- SMP Negeri 11 Bandung - SMA Negeri 8/22 Belitung, Bandung
- Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran, Bandung
- Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

• Karier:
- Lembaga Ekologi Universitas Padjadjaran Bandung (1977-1981)
- Kementerian Negara Lingkungan Hidup (1981-1982)
- PT Pertamina (1982-2002) - BPH Migas (2002-2008)

2 comments

  1. Unknown Says:
  2. Ass.
    Salam Sehat Selamat sukses.
    Saya tertarik untuk turut memuliakan "DORUT", bisa minta informasi alamat lengkap dan no telepon yang bisa dihubungi .
    Wass

     
  3. Unknown Says:
  4. Asslamualaykum P Rahmat... salam kenal dari Hendra Situbondo jawa timur... saya tertarik dengan budidaya "DORUT" apa bisa pesan 1 pejantan 2 betina yang sudah siap kawin... kalo ke situbondo kira2 total harga dan biaya kirim berapa...? matur nuwun sebelumnya...

     

Post a Comment

Kelahiran Domba Garut

Waktu Kawin
Bulan
Hari
Tahun
powered by PRBbutton