Harga Domba Menjanjikan

Posted by Komara Wednesday, January 13, 2010

Harga meninggi. Selain disebabkan permintaan naik, suplai menipis, juga karena berebut dengan Malaysia

Kado yang satu ini jangan diharap terbungkus kertas merah berpita indah. Karena ia adalah singkatan dari “kambing – domba”. Menjelang bulan haji, si kado ini banyak dicari orang, untuk dikorbankan menjadi hewan kurban di saat Lebaran Haji. Kontan, harganya pun melambung berlipat dibanding hari biasa.
Drh Abdul Jabbar Zulkifli, Sekjen HPDKI (Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia) mencatat, sejak 6 bulan terakhir harga kambing terus merangkak naik. Dari Rp 19 ribu, Rp 20 ribu hingga Rp 26 ribu/kg per ekor hidup. Ke depan, semakin mendekati hari “H” Idul Adha, harga kambing bisa lebih dari Rp 30.000,- /kg bobot hidup. Artinya, bobot kambing hidup kisaran 20 – 25 kg per ekor bisa mencapai harga Rp 750 ribu, padahal di hari-hari biasa pada bobot 25 – 30 kg, kambing dari petani dihargai tak lebih dari Rp 400 ribuan.
Sementara itu Dhony Suryo Prabowo menunjukkan, di DIY domba lokal yang pada hari-hari biasa seharga Rp 500 ribuan, akhir September lalu menjadi Rp 650 ribu /ekor. Bahkan beberapa hari menjelang Idul Adha, harganya bisa mencapai Rp 800 ribu – Rp 900 ribu / ekor. Dhony adalah anggota tim pengelola BIMA Farm (Buana Indica Manunggal Andini yang bekerjasama dengan farm komersial Lab Ternak Potong Fapet UGM, Jogjakarta). Tak jauh beda dengan domba, harga kambing Peranakan Ettawa jantan kelas C-potong juga terdongkrak. Menurut Bondan Danu Kusuma SE pemilik Bumiku Hijau farm – Condong Catur-Jogjakarta, 2 bulan menjelang bulan haji pejantan PE potong naik Rp 200 ribu – Rp 250 ribu /ekor. “Hari biasa, harganya antara Rp 800 ribu – Rp 1 juta. Sekarang menjadi antara Rp 1 juta sampai 1,2 juta atau lebih. Diperkirakan, seminggu menjelang hari H bisa mencapai lebih dari Rp 1,3 – Rp1,5 juta,” papar alumnus FE Universitas Islam Indonesia ini.Langka Bakalan
Abdul Jabbar Zulkifli memaparkan, kenaikan harga ini selain disebabkan momen Idul Adha juga disebabkan oleh sediaan kado yang kian hari kian menipis dan permintaan pun meningkat.
” Ini masalah klasik sebenarnya. Kita kekurangan bibit domba dan kambing”, ujar Agus Ramada Setiadi menyayangkan. Ia adalah Direktur Utama Villa Domba Bandung, Jawa Barat. Dan Hariyadi pemilik 800 domba dan puluhan kambing-kacang juga di Jogjakarta mengaku, kelangkaan kado ini memaksanya berburu sampai Nganjuk dan Ponorogo, Jawa Timur. “Dulu paling jauh saya kulakan (belanja-red) sampai Solo. Tetapi ternyata kambing Solo itu berasal dari Jatim. Saya kejar lah ke sana,” tutur anggota Polantas berpangkat Bripka ini. Menurut fattener domba yang 70 %-nya berjenis Gibas (domba ekor gemuk / DEG) ini, perburuan tersebut tidak sia-sia karena disamping mendapat kepastian stok, ia pun memperoleh selisih harga antara Rp 30 ribu – Rp 50 ribu / ekor.
Cerita kelangkaan kado dituturkan pula oleh Dhony, mahasiswa Fapet UGM angkatan 2001 ini mengaku, berburu domba hingga ke luar kota seperti Muntilan, Canguk, Solo dan Wonogiri. Terakhir kali ke pasar, ia mengaku hanya mendapat 7 ekor domba, padahal biasanya bisa sampai 20 ekor. “Akhirnya berat di ongkos transpor. Sekali angkut 20 ekor ongkos Rp 200 ribu. Kalau di bawah 10 ekor, ongkos Rp 125 ribu,” tuturnya.Di sisi lain, kenaikan harga dan minimnya suplai kado di pasar, tidak semata karena kebutuhan lokal yang meningkat. Melainkan juga karena ada order dari Malaysia yang melirik domba Garut. “Dulu mereka hanya impor kambing PE (Peranakan Etawa), sekarang mulai minta domba Garut,” Abdul menjelaskan.

0 comments

Post a Comment

Kelahiran Domba Garut

Waktu Kawin
Bulan
Hari
Tahun
powered by PRBbutton