Bibit Kambing dan Domba Kian Langka

Posted by Komara Thursday, January 21, 2010

Tanpa pelestarian konkrit, jangan-jangan daging kambing pun kelak terpaksa diimpor.
MEMANG tidak setinggi daging sapi atau pun ayam, tetapi peluang pasar daging kambing dan domba di dalam maupun di luar negeri akhir-akhir ini kian menganga. Ini pertanda baik bagi tengkulak dan peternak musiman kambing dan domba, tetapi tidak sepenuhnya apik buat para peternak dan pengumpul kawakan. Mengapa ?

Karena mereka yang tersebut belakangan waspada, bersamaan dengan pasar yang lapar terasa juga kian langka kambing dan domba bakalan didapat di kandang atau pun di pangonan. Mereka sudah sampai pada kesimpulan, kalau tidak dari sekarang dilakukan sistem pembiakan yang terprogram dan terkontrol, maka bukan tidak mungkin suatu saat ternak kambing dan domba terkuras habis dari pangonan Indonesia. Akan lebih celaka lagi, jangan-jangan kelak Indonesia juga terpaksa mengimpor daging atau ternak kambing dan domba dari Australia, atau bahkan dari Malaysia. Huh !
Fauzi Luthan, Direktur Budidaya Ternak Ruminansia – Ditjennak Deptan, kepada Trobos mengiyakan, masalah bibit memang menjadi salah satu kendala yang hingga kini menghambat pengembangan peternakan kambing dan domba (‘kado’). Banyak pihak masih enggan bergerak di bidang pembibitan ini, karena secara teknis memang cukup rumit, dan keuntungan yang diperoleh bisa tidak sepadan. Berbagai persyaratan harus dipenuhi, seperti kualitas induk dan pejantan yang bagus, harus ada proses seleksi anak, dan tata cara kawin harus memperhatikan silsilah yang baik.
Sementara itu Sekjen Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Abdul Jabbar Zulkifli berterusterang, dari perspektif bisnis, rata-rata peternak dan pengusaha kado lebih memilih bisnis penggemukan (fattening). Yakni hanya menggemukkan (membesarkan) tubuh kambing/domba untuk meningkatkan berat badan saat dijual. Keuntungannya jelas, usaha ini memiliki pasar yang nyata, riil, mudah diprediksi pasarnya tak sulit diraih. Penggemukan biasanya dilakukan menjelang Idhul Qurban, puncak laparnya pasar kado. Jarang ditemukan penggemukan di luar momen itu, kecuali pada usaha peternakan yang telah mempunyai pasar tetap (captive market).
Mulai Dirintis
Meski jarang dan dianggap kurang menguntungkan tetapi syukurlah masih ada komunitas peternakan yang meniti usaha pembiakan secara sistemik. Salah satu di antaranya adalah Kampoeng Ternak, sebuah lembaga pemberdayaan peternak jejaring Dompet Dhuafa Republika. Awal September tahun lalu, jumlah ternak yang difokuskan sebagai ternak bibit adalah domba garut, jumlahnya mencapai 660 ekor terdiri dari 43 jantan dan 617 betina. Berdasarkan laporan kerja Kampoeng Ternak, selain dipelihara di kawasan Ternak Domba Sehat (farm kado di bawah pengelolaan langsung tim Kampoeng Ternak Pasir Buncir – Caringin - Bogor) bibit ini juga tersebar di 10 kelompok masyarakat binaannya.
Dalam jangka panjang pembibitan ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan para kelompok tani yang dikelola Kampoeng Ternak. Seleksi dan pemantauan yang dilakukan Kampoeng Ternak terbilang cukup serius. “Dan dalam waktu dekat, silsilah bibit yang keluar dari Kampoeng Ternak bisa dilengkapi sertifikat,” Purnomo, Direktur Kampoeng Ternak menjelaskan.
Selain Kampung, pembibitan secara serius juga dikembangkan peternakan Villa Domba yang berlokasi di Bandung. November tahun lalu TROBOS menyaksikan kandang dan areal masing-masing khusus untuk anak, induk dan pejantan bibit. Suatu sistem seleksi, perkawinan betina dengan jantan pilihan dilakukan pula di peternakan kambing domba yang terintegrasi dengan perkebunan vanilli organik ini. Direktur Villa Domba, Agus Ramada dan Direktur Operasi Alam Yanuardi menjelaskan, semua ini bertujuan meningkatkan kualitas domba-domba lokal. Teknisnya, anak-anak dari kelahiran domba yang ada diperiksa dari bobot lahirnya. Bobot dilihat juga dari jumlah anak yang dilahirkan, seekor paling tidak dia harus memenuhi bobot 2,5 kg. Penimbangan selama masa pertumbuhan pun senantiasa dilakukan. Kalau hingga lepas sapih bobotnya tidak memenuhi standar, terpaksa dipindahkan untuk penggemukan”.
Pemberdayaan Peternak
Tak hanya bibit, skala usaha peternak kambing-domba yang sebagian besar masih gurem layak mendapat perhatian. Sebuah sentuhan khusus membidik titik sentra budidaya – peternak rakyat— bisa jadi solusi. Dan konsep ini telah dikembangkan Kampoeng Ternak. Selain pembibitan, sejak awal berdirinya di tahun 2005, Kampoeng menitikberatkan visi pengembangan kewirausahaan sosial peternakan rakyat. Dan kambing-domba menjadi icon komoditasnya.
Nilai sosial ini yang terbilang jarang dilakukan dalam kerangka meningkatkan kemampuan skala usaha peternak. Menurut Direktur Kampoeng Ternak, Purnomo, sosial dan bisnis harus beriringan. Filosofinya, bak dua sisi rel kereta api, tidak bisa dipisah, pun tak boleh disatukan. Jika ini terjadi, pastilah gerbong kereta akan roboh. Filosofi ini digunakan Kampoeng untuk mengangkat harkat dan kehidupan para petani peternak kado yang tersebar hampir di seluruh daerah yang menjadi kantong-kantong kemiskinan negeri ini.
Setiap petani ternak yang kebanyakan hanya memiliki 2-3 ekor kambing atau domba mendapatkan bantuan dari Kampoeng hingga dapat memelihara kado mendekati skala ekonomis sebagai usaha sampingan, 7-10 ekor. Hingga akhir 2006, program pemberdayaan peternak telah menjangkau 18 propinsi, melibatkan 1475 kepala keluarga petani-peternak dhuafa (miskin). Saat ini populasi pemeliharaan tak kurang 3227 ekor domba garut dan 1.000 lebih kambing (peranakan Etawa/ PE dan Boerawa). Pendekatan kerakyatan ini sejalan dengan kondisi petani peternak kambing domba yang lebih dari 90 % adalah petani gurem, memelihara kambing domba hanya sebagai sambilan.
Sistem Bagi Hasil
Mencapai skala ekonomis, 7 ekor dengan modal dari kantong sendiri terbilang mahal bagi para peternak yang notabene menjadikan kambing domba sebagai piaraan mewah berharga. Hasilnya, tampaklah segitu-gitu saja kambing-domba yang dipelihara (tak pernah lebih dari 5 ekor). Kalaupun ada uang yang memungkinkan bisa digunakan untuk menambah populasi, biasanya lebih baik diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sistem permodalan yang diberikan Kampoeng Ternak terbilang tidak biasa. Uang tidak diserahkan begitu saja. Sebuah kelompok petani peternak mesti terbentuk untuk dapat mengakses dana ke lembaga ini. Masing-masingnya bisa beranggotakan 10 – 20 orang. ”Ini bertujuan agar para petani peternak bisa diawasi dan mengawasi usaha rekanannya yang lain,” Purnomo menjelaskan. Dengan demikian, upaya ”nakal” yang kadang muncul, menjual kambing atau domba sebelum waktunya, bisa dikurangi.
Kriteria lainnya, kelompok dimaksud harus layak mendapat bantuan, mampu memelihara ternak, dan lingkungan mendukung untuk pemeliharaan ternak.
Hasil peliharaan tidak boleh dijual ke blantik atau tengkulak yang umumnya ada di tiap desa. Tapi harus ke mitra Kampoeng Ternak. Alasannya? ”Biar peternak tidak dibodohi blantik!” ucap Purnomo. Ia menjelaskan, selama ini blantik dengan mudah bisa menentukan harga di tingkat peternak, kadang terlalu rendah, tidak sesuai dengan harga yang tinggi di pasar.
Tak hanya itu penjualan ke pihak Kampoeng juga akan memudahkan perhitungan bagi hasil yang menjadi ketentuan dari program pembiayaan ini. Perbandingannya 60:40. Rinciannya kata, 60 % untuk peternak dan 40 % kembali ke Kampoeng Ternak. Bagian untuk Kampoeng digunakan kembali untuk mengembangkan kelompok dan pembiayaan kegiatan pendampingan.
Selain mendapatkan ternak, kelompok juga mendapatkan dukungan pembuatan kandang, obat-obatan, dan jika diperlukan sebagian akan mendapatkan bantuan bibit rumput. Di beberapa kelompok, sewa lahan untuk kandang juga difasilitasi. Jenis ternak diutamakan dari jenis ternak lokal, seperti Domba Garut di Jawa Barat, Domba Ekor Gemuk di Jawa Timur, Kambing kacang dan ’wedus gembel’ di Jawa Tengah, Jogja dan Jawa Timur serta Kambing Peranakan Ettawa di Lampung dan Jawa Tengah. Di masa mendatang, daerah-daerah ini diharapkan akan tumbuh menjadi sentra produksi peternakan yang berbasis pada peternakan rakyat.

0 comments

Post a Comment

Kelahiran Domba Garut

Waktu Kawin
Bulan
Hari
Tahun
powered by PRBbutton