Budidaya Ternak Domba

Posted by Komara Monday, December 14, 2009 0 comments

1. SEJARAH SINGKAT
Domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil dometikasi manusia yang
sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon (Ovis musimon)
yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Argali (Ovis amon) berasal dari
Asia Tenggara, Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia.
2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia sentra peternakan domba berada di daerah Aceh dan Sumatra
Utara. Di Aceh pada tahun 1993 tercatat sekitar 106 ribu ekor domba,
sementara di Sumatera Utara sekitar 95 ribu ekor domba yang diternakan.
Lahan yang digunakan untuk berternak di daerah Aceh berdasarkan data Puslit
Tanah dan Agroklimat Deptan tahun 1979, seluas 5,5 juta hektar mulai dari
kemampuan kelas I sampai VIII, sedangkan di Sumatera Utara luas lahan yang
digunakan sekitar 7 juta hektar.
3. JENIS
Domba seperti halnya kambing, kerbau dan sapi, tergolong dalam famili
Bovidae. Kita mengenal beberapa bangsa domba yang tersebar diseluruh
dunia, seperti:
1) Domba Kampung adalah domba yang berasal dari Indonesia
2) Domba Priangan berasal dari Indonesia dan banyak terdapat di daerah Jawa
Barat.
3) Domba Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Indonesia bagian
Timur seperti Madura, Sulawesi dan Lombok.
4) Domba Garut adalah domba hasil persilangan segi tiga antara domba
kampung, merino dan domba ekor gemuk dari Afrika Selatan.
Di Indonesia, khususnya di Jawa, ada 2 bangsa domba yang terkenal, yakni
domba ekor gemuk yang banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dan Jawa
Timur dan domba ekor tipis yang banyak terdapat di Jawa Barat
4. MANFAAT
Daging domba merupakan sumber protein dan lemak hewani. Walaupun belum
memasyarakat, susu domba merupakan minuman yang bergizi. Manfaat lain
dari berternak domba adalah bulunya dapat digunakan sebagai industri tekstil.
5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi untuk peternakan domba sebaiknya berada di areal yang cukup luas,
udaranya segar dan keadaan sekelilingnya tenang, dekat dengan sumber
pakan ternak, memiliki sumber air, jauh dari daerah pemukiman dan sumber air
penduduk (minimal 10 meter), relatif dekat dari pusat pemasaran dan pakan
ternak.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perkandangan
Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran
sesua dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi,
ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan
sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari bahan yang
ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, misalnya dari atap
rumbia.
Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu:
a) Kandang induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor domba
membutuhkan luas kandang 1 x 1 m.
b) Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui
anaknya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m
dan anak domba memerlukan luas 0,75 x 1 m.
c) Kandang pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan sebagai
pemacak seluas 2 x 1,5 m/pemancak.
Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung
makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba
saat kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.
Tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2 tipe,
yaitu:
a. Tipe kandang Panggung
Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung
kotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan tanah
sehingga kotoran dan air kencingnya tidak berceceran. Alas kandang
terbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi panggung dari
tanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. Palung makanan
harus dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecer
keluar.
b. Tipe kandang Lemprak
Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak domba
kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi
ternak beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidak
dilengkapi dengan palung makanan, tetapi keranjang rumput yang
diletakkan diatas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan, agar dapat
hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah sekitar 1-6
bulan.
6.2. Penyiapan Bibit
Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama
penyakit, berasal dari bangsa domba yang persentase kelahiran dan kesuburan
tinggi, serta kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang baik. Dengan
demikian keberhasilan usaha ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan
pemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.
1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk
a) Calon Induk: berumur 1,5-2 tahun, tidak cacat, bentuk perut normal,
telinga kecil hingga sedang, bulu halus, roman muka baik dan memiliki
nafsu kawin besar dan ekor normal.
b) Calon Pejantan: berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat, badan
normal dan keturunan dari induk yang melahirkan anak 2 ekor/lebih,
tonjolan tulang pada kaki besar dan mempunyai buah zakar yang sama
besar serta kelaminnya dapat bereaksi, mempunyai gerakan yang lincah,
roman muka baik dan tingkat pertumbuhan relatif cepat.
2) Reproduksi dan Perkawinan
Hal yang harus di ketahui oleh para peternak dalam pengelolaan reproduksi
adalah pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat waktu.
a) Dewasa Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi yang
pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai
pada saat domba berumur 6-8 bulan, baik pada yang jantan maupun yang
betina.
b) Dewasa tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk
dikawinkan. Masa ini dicapai pada umur 10-12 bulan pada betina dan 12
bulan pada jantan. Perkawinan akan berhasil apabila domba betina dalam
keadaan birahi.
3) Proses Kelahiran
Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan). Menjelang
kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang kering.
Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering. Obat
yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas potongan
tali pusar.
Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik
dan perilakunya sebagai berikut:
a. Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur.
b. Buah susu membesar dan puting susu terisi penuh.
c. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.
d. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.
e. Sering kencing.
Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah ketuban
pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak domba yang
baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat bernafas.
Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan bersih.
6.3. Pemeliharaan
1) Sanitasi dan Tindakan Preventif
Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang dan
peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat pakan
dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukan
pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkan
seminggu sekali.
2) Pengontrolan Penyakit
Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan dari
yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada
domba-domba yang sehat.
3) Perawatan Ternak
Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang
lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan
diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan
makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. Anak
domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan yang
terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang berkualitas
dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.
Perawatan ternak dewasa meliputi:
a. Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan cara
disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah sinar
matahari pagi.
b. Mencukur Bulu
Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukan
minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira 0,5
cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat
dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari pada
saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searah
dengan punggung domba.
c. Merawat dan Memotong Kuku
Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat
kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting.
4) Pemberian Pakan
Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus
tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya
digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:
a. Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria,
raja, meksiko dan rumput alam.
b. Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun
kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan
siratro.
c. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap,
daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon,
daun ketela rambat dan daun beringin.
d. Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing,
garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu,
ampas kecap dan biji kapas.
Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di atas yang
disesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari campuran tersebut
adalah:
a. Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%
b. Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas
c. Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas
d. Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%
e. Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,5–1 gelas
Sedangkan dosis pemberian ransum untuk pertumbuhan domba adalah
sebagai berikut:
a. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=180 kg/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
b. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=340 kg/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
c. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=410 kg/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
d. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=110 kg/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
e. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=280 kg/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
f. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=440 kg/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
g. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=160 gram/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
h. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=320 gram/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
i. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=470 gram/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
j. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=100 gram/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
k. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
l. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=410 gram/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
m.Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=60 gram/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
n. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=180 gram/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
o. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=340 gram/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
p. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=50 gram/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
q. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=110 gram/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
r. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
s. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=40 gram/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
t. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=280 gram/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
u. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=440 gram/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
5) Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali vaksinasi
dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba. Vaksinasi
mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia 1 bulan,
selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa diberikan
adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin AE, dan
Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).
6) Pemeliharaan Kandang
Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal satu
minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah,
membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandang
untuk disinfektan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
1) Penyakit Mencret
Penyebab: bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba berusia 3
bulan. Pengobatan: antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat mulut.
2) Penyakit Radang Pusar
Penyebab: alat pemotongan pusar yang tidak steril atau tali pusar tercemar
oleh bakteri Streptococcus, Staphyloccus, Escherichia coli dan Actinomyces
necrophorus. Usia domba yang terserang biasanya cempe usia 2-7 hari.
Gejala: terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan apabila disentuh domba
akan kesakitan. Pengendalian: dengan antibiotika, sulfa dan pusar
dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan).
3) Penyakit Cacar Mulut
Penyakit ini menyerang domba usia sampai 3 bulan. Gejala: cempe yang
terserang tidak dapat mengisap susu induknya karena tenggorokannya
terasa sakit sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pengendalian:
dengan sulfa seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau pinicillin.
4) Penyakit Titani
Penyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). Domba
yang diserang biasanya berusia 3-4 bulan. Gejala: domba selalu gelisah,
timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai keseluruh badan.
Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan Genconos calcicus
dan Magnesium.
5) Penyakit Radang Limoah
Penyakit ini menyerang domba pada semua usia, sangat berbahaya,
penularannya cepat dan dapat menular ke manusia. Penyebab: bakteri
Bacillus anthracis.. Gejala: suhu tubuh meninggi, dari lubang hidung dan
dubur keluar cairan yang bercampur dengan darah, nadi berjalan cepat,
tubuh gemetar dan nafsu makan hilang. Pengendalian: dengan menyuntikan
antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg berat
tubuh domba tertular.
6) Penyakit Mulut dan kuku
Penyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak domba, dan
yang diserang adalah pada bagian mulut dan kuku. Penyebab: virus dan
menyerang semua usia pada domba Gejala: mulut melepuh diselaputi lendir.
Pengendalian: membersihkan bagian yang melepuh pada mulut dengan
menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, sedangkan pada kuku dilakukan
dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau Natrium karbonat 4%.
7) Penyakit Ngorok
Penyebab: bakteri Pasteurella multocida. Gejala: nafsu makan domba
berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada.
Semua usia domba dapat terserang penyakit ini, domba yang terserang
terlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga, keluar lendir
berbuih dan sulit tidur. Pengendalian: menggunakan antibiotika lewat air
minum atau suntikan.
8) Penyakit perut Kembung
Penyebab: pemberian makanan yang tidak teratur atau makan rumput yang
masih diselimuti embun. Gejala: lambung domba membesar dan dapat
menyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian makan yang
teratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagi
Pengendalian: memberikan gula yang diseduh dengan asam, selanjutnya
kaki domba bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar.
9) Penyakit Parasit Cacing
Semua usia domba dapat terserang penyakit ini. Penyebab: cacing Fasciola
gigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing gelang), cacing
Haemonchus contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia rhodesii (Cacing
mata). Pengendalian: diberikan Zanil atau Valbazen yang diberikan lewat
minuman, dapat juga diberi obat cacing seperti Piperazin dengan dosis 220
mg/kg berat tubuh domba
10) Penyakit Kudis
Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada semua usia.
Akibat dari penyakit ini produksi domba merosot, kulit menjadi jelek dan
mengurangi nilai jual ternak domba. Penyebab: parasit berupa kutu yang
bernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes bovis. Gejala:
tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan senang menggaruk
tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung, kaki dan
pangkal ekor. Pengendalian: dengan mengoleskan Benzoas bensilikus 10%
pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-0,1%.
11) Penyakit Dermatitis
Adalah penyakit kulit menular pada ternak domba, menyerang kulit bibit
domba. Penyebab: virus dari sub-group Pox virus dan menyerang semua
usia domba. Gejala: terjadi peradangan kulit di sekitar mulut, kelopak mata,
dan alat genital. Pada induk yang menyusui terlihat radang kelenjar susu.
Pengendalian: menggunakan salep atau Jodium tinctur pada luka.
12) Penyakit Kelenjar Susu
Penyakit ini sering terjadi pada domba dewasa yang menyusui, sehingga air
susu yang diisap cempe tercemar. Penyebab: ambing domba induk yang
menyusui tidak secara ruti dibersihkan. Gejala: ambing domba bengkak, bila
diraba tersa panas, terjadi demam dan suhu tubuh tinggi, nafsu makan
kurang, produsi air susu induk berkurang. Pengendalian: pemberian obatobatan
antibiotika melalui air minum.
Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada
domba dapat dilakukan dengan:
a) Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.
b) Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.
c) Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral,
kalsium dan mangannya.
d) Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang
baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.
e) Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang
terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.
f) Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.
g) Tatalaksana kandang diatur dengan baik.
h) Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
8. PANEN
8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya domba adalah karkas (daging)
8.2. Hasil Tambahan
Hasil tambahan dari budidaya domba adalah bulunya (wool) yang dapat di
jadikan sebagai bahan tekstil.
8.3. Pembersihan
Sebelum dipotong ternak dibersihkan dengan cara mencuci kaki domba dan
menyemprotkan air diatas kepala ternak agar karkas yang dihasilkan tidak
tercemar oleh bakteri dan kotoran.
9. PASCAPANEN
9.1. Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan
domba agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
1) Ternak domba harus diistirahatkan sebelum pemotongan
2) Ternak domba harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat
mencemari daging.
3) Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang
diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara
tuntas.
4) Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah
dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
9.2. Pengulitan
Pengulitan pada domba yang telah disembelih dapat dilakukan dengan
menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit domba
dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika
sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit domba dijemur
dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan
sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
9.3. Pengeluaran Jeroan
Setelah domba dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan
jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut
domba.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha domba selama 136 hari di Bogor tahun 1995 adalah
sebagai berikut:
1) Biaya produksi
a. Lahan
- Sewa tanah 700 m2 (5 bulan) Rp. 100.000,-
b. Bibit
- Domba lepas sapih 100 ekor@ Rp.40.000,- Rp. 4.000.000,-
c. Bangunan dan peralatan
- Kandang ukuran 3,5 m x 18,75 m (2 buah) :
- Bambu 360 batang @ Rp. 2.000,- Rp. 720.000,-
- Papan kayu panjang 2 m (352 buah) @ Rp. 2.000,- Rp. 704.000,-
- Paku reng 8 kg @ Rp. 4.000,- Rp. 32.000,-
- Paku usuk 10 kg @ Rp. 2.500,- Rp. 25.000,-
- Genting 6.480 buah @ Rp. 200,- Rp. 1.296.000,-
- Tali 42 m @ Rp. 700,00 Rp. 29.400,-
- Base Camp + gudang ukuran 5 m x 6 m :
- Bambu 28 batang @ Rp.2.000,- Rp. 56.000,-
- Papan kayu panjang 2 m 60 buah @ Rp.1.800,- Rp. 108.000,-
- Paku reng 2 kg @ Rp.4.000,00 Rp. 8.000,-
- Paku usuk 3 kg @ Rp.2.500,00 Rp. 7.500,-
- Genting 1.200 buah @ Rp.200,- Rp. 240.000,-
- Tali 15 m @ Rp. 700,- Rp. 10.500,-
- Peralatan
- Tempat minum dia 25 cm(100 buah) @ Rp.2.500,- Rp. 250.000,-
- Sekop 2 buah @ Rp.12.500,- Rp. 25.000,-
- Ember plastik diameter 25 cm (3 bh) @ Rp.2.500,- Rp. 7.500,-
- Tong bak air (2 buah) @ Rp.35.000,- Rp. 70.000,-
- Ciduk (4 buah) @ Rp.1.500,- Rp. 6.000,-
d. Pakan
- Hijauan/rumput 34.000 kg @ Rp.500,- Rp. 17.000.000,-
- Konsentrat Rp. 2.450.000,-
- Dedak 1.780 kg @ Rp.600,- Rp. 1.068.000,-
- Bungkil kelapa 890 kg @ Rp.1.250,- Rp. 1.112.500,-
- Tepung jagung 534,1 kg @ Rp.900,- Rp. 480.690,-
- Bungkil kacang tanah 284,9 kg @ Rp.1800,- Rp. 512.820,-
- Garam dapur 35,598 kg @ Rp.500,- Rp. 17.800,-
- Tepung tulang 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,-
- Kapur 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,-
e. Tenaga kerja
- Tenaga kerja 112 HKSP @ Rp.7.000,- Rp. 784.000,-
- Tenaga kerja 15 HKSP @ Rp.7.000,- Rp. 105.000,-
- Tenaga kerja pemeliharaan selama 136 hari Rp. 884.000,-
f. Biaya tak terduga 10% Rp. 3.213.800,-
Total Modal Usaha Tani Rp. 35.351.710,-
2) Pendapatan
a. Nilai penjualan ternak100 x 95% x Rp.400.000,- Rp. 38.000.000,-
b. Nilai penjualan pupuk kandang Rp 250.000,-
Total Pendapatan (II) Rp. 38.250.000,-
c) Keuntungan usaha : (II - I) Rp. 2.898.290,-
4) Parameter kelayakn usaha
Total Pendapatan
a. B/C Ratio =  = 1,08
Total biaya produksi

Read More..
| | edit post

asih banyak orang keliru membedakan domba dan kambing. Yang kita tahu, paling, rasa sate kambing lebih lezat dibanding sate domba. Selain bisa untuk bahan membuat topi koboi, ternyata domba juga bisa menghasilkan devisa negara, lho.
Klik untuk melihat foto lainnya...
Pada dasarnya domba dan kambing merupakan jenis hewan ternak pemakan rumput yang tergolong ruminansia kecil, keduanya pun populasinya hampir tersebar merata dan ada di seluruh dunia. Namun bila kita melihat visual fisiknya dengan cermat maka domba berbeda dengan kambing.

Postur tubuh domba cenderung lebih bulat dibandingkan dengan kambing yang ramping. Daun telinga kambing panjang dan terkulai. Bentuk bulu domba pun lebih ikal dan keriting sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bulu wool sedangkan lain halnya dengan kambing yang cenderung lurus.

Hewan ternak domba yang ada sekarang diduga merupakan hasil dometikasi manusia dari 3 jenis domba liar: Domba Mouflon dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Domba Argali dari Asia Tenggara serta Urial dari Asia. Domba-domba ini awalnya diburu secara liar sampai akhirnya diternakkan oleh manusia.

Lebih bernilai komersial
Dibandingkan dengan sapi, babi, kuda dan kerbau sebagai sesama hewan ruminansia, hewan ternak domba lebih dulu memiliki nilai komersial sejak abad 7000 SM. Bahkan di Indonesia keberadaan hewan ternak domba dapat dilihat pada relief Circa 800 SM pada Candi Borobudur. Oleh karenanya tidak heran bila jumlah populasi domba jauh lebih banyak dibandingkan dengan kambing di dunia.

Data Food Agricultural Organization (FAO) tahun 2002, jumlah populasi domba dunia kurang lebih 1.034 milyar ekor sedangkan kambing hanya sekitar 743 juta. Populasi terbesar domba dan kambing dunia adalah di negara Tirai Bambu Cina, di mana negara kedua terbesar adalah Australia untuk domba dan India untuk kambing.

Sebagai bagian dari sektor usaha peternakan nasional, prosentase kebutuhan daging domba dan kambing masyarakat Indonesia adalah masih jauh di bawah sub sektor usaha peternakan lainnya seperti ayam/ unggas (56%), sapi (23%) serta babi (13%). Menurut data Ditjen. Peternakan – Deptan RI tahun 2005, konsumsi daging domba dan kambing di masyarakat memang masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 5%.

Namun bila melihat potensi kebutuhan daging hewan ternak ini yang pada tiap tahunnya kurang lebih sekitar 5,6 juta ekor untuk kebutuhan ibadah kurban saja, dan belum termasuk kebutuhan pasokan untuk aqiqah, industri restoran sampai dengan warung sate kaki lima yang membutuhkan 2 – 3 ekor tiap harinya, pertumbuhan populasi domba dan kambing adalah belum sebanding dengan angka permintaan yang terus meningkat.

Kebutuhan Pasar Meningkat

Potensi ini belum dihitung kebutuhan pasar di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura, serta kawasan Timur Tengah yang tiap tahunnya membutuhkan kurang lebih 9,3 juta ekor domba. Di mana kebutuhan pasokan daging domba untuk kawasan Timur Tengah sampai saat ini masih dipenuhi oleh Australia dan Selandia Baru.

Miris memang, di mana Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi masyarakat muslim terbesar di dunia sebenarnya lebih memiliki peluang untuk itu. Pertumbuhan populasi domba dan kambing di Indonesia adalah relatif kecil sedangkan permintaan terus meningkat seiring jumlah penduduk dan perbaikan pendapatan kesejahteraan masyarakat.

Bukan mustahil suatu saat akan terjadi kelangkaan produksi daging domba dan kambing sehingga pelaksanaan ibadah kurban akan mengimpor dari Australia ataupun Selandia Baru. Di Indonesia, keberadaan populasi domba dan kambing hampir tersebar dengan merata di seluruh wilayah. Namun sayangnya pemeliharaan ternak domba dan kambing di negeri ini sebagian besar masih dalam skala kecil dan tradisional.

Berbeda dengan Australia, pola peternakan intensif dengan dukungan teknologi telah menjadikan negara tersebut dapat menghasilkan produksi domba skala besar dan berkualitas. Bayangkan saja, total ekspor daging domba Australia ke negara Saudi Arabia pada tahun 2006 adalah setara dengan 3,6 juta ekor.

Populasi hewan ternak domba dan kambing terbesar pada akhir tahun 2006 ada di wilayah provinsi Jawa Barat yaitu kurang lebih 3,5 juta ekor atau sekitar 49% dari jumlah populasi nasional. Di provinsi ini bahkan terdapat jenis hewan ternak ruminansia kecil yang merupakan kekayaan plasma nutfah Indonesia serta menjadi ciri khas provinsi yang dikenal dengan julukan bumi parahyangan tersebut.

Domba Garut Terlangka di Dunia
Domba Garut, Ovies Aries, adalah hasil persilangan dari 3 rumpun bangsa domba: Merino - Australia, Kaapstad dari Afrika dan Jawa Ekor Gemuk di Indonesia. Domba Jawa Ekor Gemuk sudah ada sebelumnya sejak lama sebagai jenis domba lokal, Domba Merino dibawa oleh pedagang Belanda ke Indonesia sedangkan Domba Kaapstad didatangkan para pedagang Arab ke tanah Jawa sekitar abad ke-19.

Domba Garut adalah jenis domba tropis bersifat proliflic yaitu dapat beranak lebih dari 2 (dua) ekor dalam 1 siklus kelahiran. Di mana dalam periode 1 tahun, Domba Garut dapat mengalami 2 siklus kelahiran. Domba ini memiliki berat badan rata-rata di atas domba lokal Indonesia lainnya.

Domba jantan dapat memiliki berat sekitar 60 – 80 kg bahkan ada yang dapat mencapai lebih dari 100 kg. Sedangkan domba betina memiliki berat antara 30 – 50 kg. Ciri fisik Domba Garut jantan yaitu bertanduk, berleher besar dan kuat, dengan corak warna putih, hitam, cokelat atau campuran ketiganya. Ciri domba betina adalah dominan tidak bertanduk, kalaupun bertanduk namun kecil dengan corak warna yang serupa domba jantan.

Domba Garut merupakan plasma nutfah terlangka di dunia karena postur hewan ternak ini nyaris menyerupai bison di USA. Populasi Domba Garut terbesar di Indonesia tentunya ada di wilayah provinsi Jawa Barat dengan lokasi daerah penyebaran antara lain: Garut, Majalengka, Kuningan, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Bandung, Sumedang, Indramayu dan Purwakarta.

Mungkin hampir sebagian orang lebih mengenal hewan ternak Domba Garut identik dengan domba aduan yang berlaga di arena adu ketangkasan. Domba Garut adalah hewan ternak eksotis. Memang betul bila sampai saat ini di kalangan masyarakat provinsi Jawa Barat masih menggemari adu ketangkasan domba, akan tetapi perlu untuk diluruskan bahwa arena adu ketangkasan yang ada sekarang tidak memperbolehkan pertarungan 2 ekor domba jantan sampai titik darah penghabisan.

Telah dilakukan perubahan peraturan oleh organisasi Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) yang saat ini dipimpin Drs. H.A.M Sampurna, MM. selaku ketua umum dan Drs. H. Uu Rukmana selaku ketua wilayah provinsi Jawa Barat. Arena adu ketangkasan saat ini lebih menjadi arena seni dan budaya yaitu tempat bertemunya silaturahmi antar peternak, penghobi, show room, transaksi bibit domba berkualitas serta obyek wisata.

Beberapa nama seperti kang Ibing, dalang Asep Sunarya merupakan nama yang cukup dikenal sebagai penghobi dan pemilik Domba Garut berkualitas. Hobi memelihara ternak Domba Garut dijamin tidak akan kalah kepuasannya dengan memelihara jenis hewan lainnya seperti kucing, ikan dan sebagainya.

Dari Topi Koboi sampai Sepatu Boot
Suatu kepuasan ketika tanduk Domba Garut jantan dapat terbentuk dan tumbuh maksimal ataupun dengan keindahan corak serta warna bulu yang dihasilkan. Sepatu boot, bertopi koboi, pakaian hitam adalah ciri penghobi ketika datang ke arena seni dan budaya adu ketangkasan. Dan jangan salah, harga 1 ekor ternak Domba Garut jantan berkualitas dikalangan penghobi dapat bernilai di atas 10 juta rupiah bahkan ada yang ratusan juta rupiah.

Namun yang patut dikhawatirkan pada kondisi saat ini adalah populasi Domba Garut berkualitas yang kian menyusut dan dapat terancam punah di mana bertolak belakang dengan sifat profilik yang dimilikinya. Kurangnya perhatian serius terhadap sektor usaha pembibitan menjadikan populasi Domba Garut unggulan agak sukar ditemukan. Dan ini pula yang menjadikan hewan ternak Domba Garut untuk kebutuhan ibadah kurban kian mahal harganya. Seperti yang diutarakan oleh Drh. Abdul Jabbar Zulkifli selaku Sekretaris Jenderal Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) dalam diskusinya dengan penulis belum lama ini.

Kondisi tersebut tentunya sangat disayangkan, terlebih bila kita tahu potensi ekonomis hewan ternak Domba Garut yang tidak hanya identik dengan domba aduan, kualitas daging Domba Garut juga memiliki nilai gizi yang cukup baik dibandingkan dengan kambing untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Bahkan tidak hanya dimanfaatkan dagingnya saja, kulit Domba Garut dapat dijadikan bahan baku untuk pembuatan jaket berkualitas.

Data tahun 2005 yang didapat dari website kabupaten Garut, industri jaket berbahan baku kulit Domba Garut dapat menyerap 2.656 tenaga kerja dengan nilai ekspor Rp. 84,7 milyar ke berbagai negara tujuan seperti Singapura, Malaysia, Taiwan dan Australia. Kotoran ternak Domba Garut pun dapat memberikan keuntungan dan nilai manfaat bila diolah dengan baik yaitu sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, kebutuhan unsur hara pada tanaman dapat terpenuhi dengan pemberian pupuk organik hasil fermentasi berbahan baku kotoran domba yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan hasil produksi pertanian.

Seorang peneliti utama lulusan Jepang dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika – Bogor, Dr. Ir. Mesak Tombe, saat ini berhasil menemukan teknologi yang sudah mendapatkan hak paten untuk meningkatkan kualitas pupuk organik yang dihasilkan dari kotoran ternak, teknologi tersebut dinamakan Bio Triba. Dikemas dalam bentuk formula cair dengan kandungan mikroorganisme B. Pantotkenticus strain J2 dan T. Lactae strain TB1.

Teknologi yang ditemukan Dr. Ir. Mesak Tombe sangat membantu dalam proses pematangan kotoran ternak menjadi pupuk organik antara periode 1 – 2 minggu.

Pilihan Sektor Usaha Peternakan
Tidak hanya itu, teknologi ini juga dapat diaplikasikan pada pengolahan limbah organik pasar dan rumah tangga. Kelebihan lain teknologi ini adalah dapat berperan pula sebagai bio fungisida untuk pengendalian penyakit pada tanaman. Adalah tepat bila sektor usaha peternakan dan pertanian memang harus saling bersinergi.

Terlebih lagi saat ini petani dalam posisi sulit diantara kenaikan biaya produksi sebagai akibat harga pupuk yang terus melambung, di sisi lain petani tidak bisa seenaknya menaikkan harga jual sehingga perolehan pendapatan semakin menipis. Terbesit gagasan pula untuk mengkombinasikan ternak Domba Garut dengan sektor perikanan air tawar. Design kandang ternak domba dibuat panggung di atas kolam ikan.

Secara segmentasi pasar lokal, Domba Garut memiliki potensi pasar yang multi user. Seperti yang disampaikan oleh Agus Ramada selaku Direktur Utama Eka Agro Rama sebagai perusahaan agribisnis yang concern dalam usaha ternak Domba Garut dan pertanian organik. Dan ini yang menjadikan hewan ternak Domba Garut layak untuk dikembangkan sebagai pilihan dalam sektor usaha peternakan.

Potensi pasar terbesar pertama adalah hewan ternak Domba Garut untuk memenuhi kebutuhan tahunan ibadah kurban. Kemudian menyusul kebutuhan konsumsi daging harian baik itu rumah tangga, restoran dan warung sate. Selanjutnya adalah kebutuhan aqiqah, dan terakhir adalah penghobi yang selalu mencari bibit Domba Garut jantan unggulan.

Penjelasan Dr. Ismeth Inounu, peneliti utama bidang pemuliaan dan genetika dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak – Deptan RI), yaitu pada kunjungannya ke lokasi peternakan Domba Garut Eka Agro Rama, kabupaten Bandung, provinsi Jawa Barat bulan April lalu, pemerintah saat ini memberikan perhatian serius untuk pengembangan sektor usaha pembibitan dan perbanyakan hewan ternak domba serta kambing antara lain Domba Garut.

Tidak hanya program pemuliaan galur murni untuk mengembalikan kualitas terbaik hewan ternak Domba Garut, akan tetapi program pengembangan domba komposit untuk dapat menghasilkan keturunan ataupun bibit unggulan baru juga sedang giat dilakukan. Berbagaimacam penemuan teknologi terkait reproduksi ternak domba terus dikembangkan untuk mempermudah upaya produksi dan perbanyakan domba berkualitas, sebagai contoh teknologi laserpuntur dan suntik hormonal yang akan sangat bermanfaat untuk sinkronisasi birahi dan perkawinan massal.

Keberhasilan perkawinan domba lokal Sumatera dengan domba St. Croix dari Virgins Islands dan domba Barbados, kemudian Domba Garut dengan domba St. Croix serta Domba Moulton dari Prancis, adalah program pengembangan domba komposit yang berhasil dilakukan oleh Puslitbangnak – Deptan RI dari aplikasi penemuan teknologi tersebut.

Tidak hanya sebatas itu, di lokasi peternakan Eka Agro Rama juga telah berhasil program pengembangan domba komposit berupa perkawinan Domba Garut betina dengan Domba Suffolk pejantan dari Inggris, kemudian Domba Garut betina dengan pejantan Merino – Australia yang telah menghasilkan kualitas anakan dengan harapan akan jauh lebih baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi daging. Adalah Alam Yanuardi selaku Direktur Operasional yang dengan tangan dinginnya berhasil menjalankan program pengembangan domba komposit tersebut.

Dalam pengembangan usaha ternak Domba Garut maka Eka Agro Rama tidaklah bergerak seorang diri. Terlebih dengan potensi menembus peluang pasar lokal dan dunia yang masih cukup besar. Dirintis pula upaya kerjasama mulai dari sektor hulu sampai dengan sektor hilir untuk dapat mencapai tujuan usaha ternak yang diinginkan. Salah satu rekanan kerjasama yang senantiasa membantu Eka Agro Rama dalam pengembangan usahanya antara lain adalah Kampoeng Ternak – Dompet Dhua’fa Republika. Eksistensi Kampoeng Ternak – Dompet Dhua’fa Republika patut diacungi jempol dalam pengembangan sub sektor usaha peternakan domba kambing di Indonesia.

Program Tebar Hewan Kurban dan 1000 Aqiqah yang sedang dijalankan oleh Kampoeng Ternak tidak hanya bertujuan untuk memajukan usaha ternak domba dan kambing di Indonesia, akan tetapi bertujuan pula untuk membantu masyarakat yang kurang mampu dalam kebutuhan konsumsi daging domba. Seperti yang dijelaskan Purnomo, SPt selaku Direktur Kampoeng Ternak – Dompet Dhua’fa Republika. Eka Agro Rama sendiri saat ini lebih terfokus bergerak dalam sektor usaha pembibitan dan perbanyakan Domba Garut. Penyediaan Domba Garut berkualitas untuk kebutuhan kurban, aqiqah, restoran sampai dengan warung sate kaki lima adalah menjadi impian Kami, ucap Agus Ramada.

Mengundang Devisa Negara
Dengan stok populasi Domba Garut yang semakin terbatas akibat banyak peternak yang enggan untuk membibitkan domba, Eka Agro Rama menerapkan sistem ban berjalan dengan penjualan Domba Garut lepas sapih. Domba Garut betina unggulan adalah mesin produksi dalam usaha ternak yang dijalankan. Namun tentunya usaha ini sangat memerlukan pula kerjasama dengan berbagai pihak baik itu dibidang produksi dan juga pemasaran.

Tidak mungkin selamanya Eka Agro Rama menambah kapasitas kandang dengan luas lahan yang terbatas. Peranan organisasi himpunan (HPDKI) di sini memiliki kontribusi yang besar untuk memetakan dan membina potensi jaringan produksi yang ada di mana selanjutnya dapat diarahkan pula kepada pintu pemasaran yang tersedia. Eka Agro Rama melalui kegiatan pelatihan yang diadakan bersama Agromania dan juga Kampoeng Ternak akan senantiasa mencari peternak-peternak baru yang tertarik dalam usaha pengembangan Domba Garut.

Tidak hanya sekedar pelatihan, fungsi pendampingan dan bimbingan teknis budidaya serta akses pintu pemasaran juga menjadi bagian penting dari kegiatan pasca pelatihan. Di mana selain itu harus dirangkul pula media informasi sebagai public soundingsetiap program usaha peternakan yang dimiliki, tegas Agus Ramada. Peran Puslitbangnak bersama balai-balai yang ada dan dinas peternakan provinsi setempat sebagai basis ilmu pengetahuan juga tidak boleh diabaikan, hal ini amat diperlukan sehingga peternak tidak akan buta terhadap aplikasi teknologi terbaru.

Tidaklah kecil tentunya pendapatan devisa negara yang dapat diperoleh dari pengelolaan usaha ternak Domba Garut intensif. Terlebih dengan potensi pasar kebutuhan daging domba di kawasan Timur Tengah sebanyak 30 ribu ekor tiap minggunya. Bukan pekerjaan yang ringan dan mudah tentunya, akan tetapi bisa menjadi suatu peluang usaha yang menjanjikan bilamana kita mau mulai berpikir dan bergerak ke arah sana. Long journey is begins with the small step. Salam Peternak Domba Sehat!

Read More..
| | edit post

Istilah Domba Garut

Posted by Komara Sunday, December 6, 2009 0 comments

Adeg-adeg : Kesesuaian postur tubuh mulai dari badan sampai kaki atau bentuk umum performa fisik yang dinilai dari fostur (kekokohan badan, leher dn kepala), jingjingan (bentuk, ukuran danletak tanduk), ules (bentuk di raut muka).

Baracak : Kombinasi warna kulit domba dengan dominasi hitam atau abu-abu dan bercak-bercak kecil putihYang tidak teratur pada sekujur atau sebagian tubuhnya.

Baralak : Jenis bulu domba yang mirip dengan bercak yang ukurannya lebih besar.

Read More..
| | edit post

Sejarah Domba Garut

Posted by Komara 0 comments

Domba Garut sesuai namanya berasal dari Kabupaten Garut tepatnya di daerah Limbangan, kemudian berkembang dan kini menyebar ke seluruh pelosok Jawa Barat khususnya dan seluruh Indonesia umumnya.

Bentuk umum Domba Garut, tubuhnya relatif besar dan berbentuk persegi panjang, bulunya panjang dan kasar,tanduk domba jantan besar dan kuat serta kekar (ini merupakan modal utama dalam seni ketangkasan domba. Keistimewaan dengan tanduk yang besar melingkar ke belakang dan bervariasi, badan padat, agresivitasnya tinggi sehingga memilki temperamen yang dindah dan unik.

Ciri khas Domba Garut yaitu pangkal ekornya kelihatan agak lebar dengan ujung runcing dan pendek, dahi sedikit lebar, kepala pendek dan profil sedikit cembung, mata kecil, tanduk besar dan melingkar ke belakang. Sedangkan betina tidak bertanduk, telinga bervariasi dari yang pendek (ngadaun hiris) sampai yang panjang dan memiliki warna bulu yang beraneka ragam. Domba Garut banyak dijumpai memiliki daun telinga rumpung, sedangkan yang memiliki daun telinga panjang dikenal dengan domba “BONGKOR”

Untuk mendapat Domba Garut yang baik harus dimulai dari betina yang kualitasnya sangat bagus, pejantan dari keturunan Domba Garut memiliki performa yang baik pula. Para tokoh domba memelihara Domba Garut memiliki karakter yang berbeda dalam merawatnya mulai dari anakan sampai dewasa (siap tanding).

Anak Domba Garut yang dipilih untuk dijadikan domba tangkas harus diberikan latihan beradu dan berlaga di lapangan, tanpa diberi pelatihan Domba Garut tersebut tidak akan memiliki unsure seni di lapangan, sehingga tidak indah dipandang ketika berlaga, yaitu mengenai langkah mundur dan langkah maju atu dengan kata lin“Tembragan” atau tubrukannya tidak baik.

Sampai sekarang Domba Garut tetap memiliki unsure seni yang digemari dan merupakn ternak kebanggaan masyarakat Jawa Barat.

Domba Garut sebagai domba kesayangan, setiap hari minggu selalu diadakan kontes atu pemidangan di setiap daerh di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Garut, event ketangkasan Domba Garut digelar dalam hari besar nasional, hari ulang tahun seperti hari jadi Garut, HUT TNI, HUT Kemerdekaan RI. Kekeluargaan para penggemar Domba Garut khususnya di Jawa Barat diikat dengan organisasi profesi, yaitu HPDKI, sehingga setiap kali digelar mereka dengan mudah untuk melaukan pertemuan di lapangan atu tempat pemidangan yang khusus dibuat sebagai event Kontes Ternak Domba Garut berlaga.

Read More..
| | edit post

Menurut para pkar domba seperti Prof. Didi Atmadilaga dan Prof. Asikin Natasasmita, bahwa Domba Garut merupakan hasil persilangan antara domba local. Domba Ekor Gemuk dan Domba Merino yang dibentuk kira-kira pada pertengahan abd ke 19 (±1854) yang dirintis oleh Adipati Limbangan Garut, sekitar 70 tahun kemudian yaitu tahun 1926 Domba Garut telah menunjukan suatu keseragaman. Bentuk tubuh Domba Garut hampir sama dengan domba lokal dan bentuk tanduk yang besr melingkar diturunkan dari Domba Merino, tetapi Domba Merino tidak memiliki “insting” beradu.
Berat badan domba dapat mencapai 40 sampai 80 kg. Menurut beberapa ahli, bahwa Domba Garut selain memilki keistimewaan juga sebagai penghasil daging yang sangat baik dalam upaya meningkatkan produksi ternak domba. Jenis Domba Garut tergolong jenis domba terbaik, bahkan dalam perdagangannya dan paling cocok serta menarik perhatian banyak masyarakat, mudah dipelihara oleh petani kecil karena relative lebih mudah pemeliharaannya dan lebih cepat menghasilkan serta mudah diuangkan.

Read More..
| | edit post

Seni ketangkasan Domba Garut merupakan salah satu kegemaran tersendiri yang disenangi serta ternak domba Garut dapat dikategorikan sebagai hewan kesayangan serta hewan kebanggaan. Domba Garut dipelihara secara khusus artinya dengan perlakuan dalam pemeliharaannya secara khusus terutama dalam membentuk tanduk agar memiliki temperamen yang indah dan kelihatan gagah, sehingga tercipta motto tentang domba garut yaitu “ Tandang di Lapang, Gandang di Lapang, Indah Dipandang serta Enak Dipanggang”.
Seni ini merupakan ajang kontes dalam memilih bibit sebagai raja dan ratu bibit ternak domba Garut, karena setiap event pertandingan ternak domba yang bagus sangat mendapat sorotan setiap peternak dan penggemar, dengan sendirinya bahwa ternak tersebut memiliki harga yang sangat tinggi.
Perlombaan atau kontes ternak ini merupakan tempat berkumpulnya par peternak dan pemilik, para penggemar, tokoh Domba Garut serta perkumpulan organisasi profesi yang dihimpun dalam wadah HPDKI (Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia). Pemeliharaan Domba Garut sebagai domba tangkas (laga) telah sejak lama dilakukan oleh para peternak, penggemar ketangksan domba dengan perlakuan yang sangat istimewa serta kepemilikan domba tersebut dahulu disebut “juragan”. Peternak pemelihara harus memliki nilai jiwa seni yang khusus serta akrab dengan domba.
Berbagai upaya dan pengorbanan para peternak Domba Garut semata-mata diarahkan untuk menciptakan keunggulan Domba Garut pejantan di arena perlombaan (ketangkasan), sebab domba laga yang unggul akan menyandang gelar juara serta mendapart nilai jual yang melonjak tinggi. Karena ternak Domba Garut merupakan bagian dari ternak seni, maka setelah Domba Garut tandang di lapang, salah satu kegembiraan yang diraih oleh pemiliknya atau pelatihnya, ketika domba tersebut mengalunkan seni sesuai irama ketukan kendang.
Dalam seni ketangkasan domba jarang terjadi kecelakaan pada ternak domba apalagi sampai terjadi cacat atau mati, sebab setiap pertandingan selalu diawasi oleh :
• Dewan Hakim
• Dewan Juri
• Wasit
Domba Garut sebagai domba tangkas atau domba laga terbagi atas kelas-kelas, yaitu :
• Kelompok kelas A dengan berat badan 60 – 80 kg ;
• Kelompok kelas B dengan berat badan 40 – 59 kg ;
• Kelompok kelas C dengan berat badan 25 – 39 kg.
Demikian pula pukulan-pukulannya dibatasi menurut pembagian kelas masing-masing, umpamanya kelas A sebanyak 25 pukulan, kelas B sebanyak 20 pukulan dan kelas C sebanyak 15 pukulan. Selain dari pada pembagian kelas tersebut, ada pula pembagian khusus yang disebut kelas pasangan, kelas pasangan dikhususkan domba yang mempunyai criteria kesamaan warna bulu, tinggi, berat badan, keserasian tanduk, keserasian gaya pukulan dan keserasian lainnya. Untuk kelas ini jumlah pukulannya ditentukan 20 – 25 pukulan. Dasar penilaian dalam pertandingan inilai dari pukulan, gaya bertanding, ketangkasan dalam bertanding, keindahan fisik, kelincahan dan stamina. Untuk keturunan yang bagus, anak domba jantan umur satu minggu sudah kelihatan bakal tanduknya, seiring dengan bertambahnya umur domba bertambah besar pula tanduknya. Pada saat pertumbuhan, tanduk itu tidak keluar langsung dan indah. Untuk menjadikan seperti yang diharapkan memerlukan suatu ketelatenan dan kemahiran dalam merawat tanduk. Beberapa pengalaman para peternak dalam merawat tanduk domba diantaranya sebagai berikut :
a. Agar tanduk berwarna hityam mengkilap, biasanya digosok dengan kemiri ;
b. Untuk membentuk tanduk yang simetris, dipanaskan dahulu kemudian diurut sambil dibentuk ;
c. Untuk melatih kekuatan, keindahan tanduk diberi latihan beradu 1 (satu) minggu sekali
d. Rambut / bulu di sekitar tanduk dibersihkan ;
e. Pencukuran bulu dilakukan secara rutin serta dibentuk tampak kelihatan gagah.
Pendekatan yang ditempuh adalah bagaimana memberikan pengertian kepada para peternak terutama dikeluarkannya kebijakan pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Garut agar keberadaan dan kelestarian seni ketangkasan Domba Garut memiliki nilai budaya yang dapat diakui oleh segenap masyarakat, bahwa seni
ketangkasan ini bukan “NGADUKEUN DOMBA” tetapi seni yang dimilki oleh ternak domba yang harus dimodifikasi dan citra adu domba dengan sendirinya harus hilang dalam pandangan masyarakat luas. Sejalan dengan pemahaman di atas bahwa yang harus dilakukan sebagai unsure seni adalah mengubah suasana adu domba yang tidak jelas keberadaannya dihimpun dalam wadah atau tatanan atauran dalam meningkatkan nilai tambah sebagai prestasi domba dan peternaknya. Hal tersebut perlu dilakukan sosialisasi pemahaman terhadap seni ketangkasan yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan prestasi sehingga seni ketangkasan Domba Garut merupakan komoditi yang dapat dijual unsure seninya. OLeh karena itu diperlukan peranan pemerintah serta kumpulan peternak yang dihimpun dlam organisasi HPDKI dalam meningkatkan keberadaan Domba Garut agar mampu berkiprah dalam meningkatkan pendapatan peternak sehingga peternak domba lebih maju, efisien dan tangguh untuk menambah devisa daerah.

Read More..
| | edit post

Usaha ternak domba di Kabupaten Garut telah lama diusahakan oleh petani ternak di pedesaan yang hamper tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Garut, baik sebagai usaha pokok maupun usaha sampingan yang dipadukan dengan usaha tani. Oleh karena itu keberadaan usaha ternak domba dapat memberikan kontribusi nyata terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Dilihat dari rata-rata tingkat kepemilikan ideal, dimana skala pemilikan ideal adalah 20 – 50 ekor per peternak.
Ternak domba umumnya dipelihara secara tradisional yang berfungsi sebagai tabungan, sumber pupuk kandang serta sumber pendapatan sebagai hewan kesayangan., rata-rata tingkat kepemilikan umumnya rendah yaitu dibawah 10 ekor per keluarga petani. Hal tesebut tidak mengurangi nilai keberadaan ternak domba di masyarakat karena keterampilan petani ternak tersebut dapat diandalkan bila mereka diberi motivasi usaha dan tingkat permodalan yang memadai. Hal ini karena selain cocok dengan lingkungan setempat juga sudah akrab dan menjadi tradisi yang turun temurun dengan masyarakat petani di daerah, khusus Domba Garut sebagai domba laga atau sebagai hewan kesayangan, biasanya dipelihara oleh mereka yang memiliki tingkat permodalan yang kuat, karena harga domba tersebut sangat memiliki harga yang mhal dan unsure seni serta keindahan yang ditonjolkan.
Sejalan dengan keberadan ternak domba yang beredar dimasyarakat selama ini, maka Pemerintahan kabupaten Garut menjadikan ternak domba sebagai komoditas unggulan serta menjadi kebanggaan nasiaonal karena memiliki khas yang tidak dimiliki oleh jenis/bangsa domba lainnya di dunia.
Domba Garut banyak dipelihara dipedesaan oleh para peternak di Jawa Barat, karena domba tersebut lahir dengan perkembangan usaha sampai sekarang bahwa Domba Garut banyak tersebar di luar Jawa Barat seperti Sumatra Utara, Jawa Tengah namun perkembangannya belum menggembirakan. Salah satu keistimewaan ternak Domba Garut yaitu ternak domba jantan dengan anatomi tanduknya yang bermacam-macam, tubuhnya serta tempramen/sifat-sifat yang spesifik sebagai domba adu dan terkenal dengan domba tangkas dan sekarang lebih dikenal dengan domba laga, karena domba adu memiliki konotasi yang kurang baik di masyarakat. Dikatakandomba tangkas karena memiliki seni ketangkasan yang dipadukanengan seni pancake silat, dan dikatakan domba laga karena berlaga dilapangan yang menarik perhatian orang banyak serta memiliki unsure seni yang indah dipandang.
Setelah berdirinya himpunan Peternak Domba Garut Kambing Indonesia (HPDKI) istilah “adu” dihilangkan karena untuk tidak mengasosiasikan kata “adu” dengan permainan judi. Sebagai seni khas kebudayaan Jawa Barat terutama masyarakat Priangan, sejak jaman dahulu sampai sekarang dikenal dan digemari oleh masyarakat banyak, hal ini karena sebagai seni dan hiburan yang murah meriah.

Read More..
| | edit post

Kelahiran Domba Garut

Waktu Kawin
Bulan
Hari
Tahun
powered by PRBbutton